Glitter Text @ Glitterfy.com Tetap semangat adalah jawaban untuk tiap perjuangan, untuk tiap penantian dan untuk tiap jiwa yang hampa :)

Kamis, 08 November 2012

Bahaya Logam Berat Bagi Kesehatan



Akhirnya kontroversi kasus tercemarnya Teluk Buyat terjawab. Sampel darah empat warga Buyat, Minahasa Selatan, dinyatakan positif mengandung Merkuri. Apa sebetulnya Merkuri dan apa pula bahaya logam berat bagi tubuh?


Setelah melakukan kajian selama 6 hari terhadap sampel darah 4 warga Buyat, Pusat Kajian Risiko dan Keselamatan Lingkungan UI, Kamis (29/7) lalu menyimpulkan bahwa kadar total merkuri dalam darah empat warga Buyat melebihi batas normal. Keempatnya masing-masing adalah Srifika (1,9 tahun) sebesar 9,51 mikrogram per liter, Juhria (42) sebesar 22,50 mikrogram per liter, Masna (40) sebesar 14,90 mikrogram per liter, dan Rasyid (39) sebesar 23 mikrogram per liter. Padahal, kadar normal merkuri di dalam tubuh hanya sebesar 8 mikrogram per liter.

Hal itu disampaikan Dr. rer. nat. Budiawan dari Pusat Kajian Risiko dan Keselamatan Lingkungan UI. Artinya, merkuri total dalam darah keempat warga Buyat tersebut melebihi batas normal, namun belum mencapai dosis efek yang dapat menimbulkan gejala penyakit Minamata. "Berdasarkan literatur, nilai ambang batas terjadinya gejala Minamata pada tubuh manusia akibat paparan total merkuri adalah 200 ­ 500 mikrogram per liter," lanjutnya. Dengan demikian, gejala penyakit yang dialami keempat warha Buyat tersebut bukanlah merupakan penyakit Minamata. "Pasalnya, dosis efektif belum tercapai, dan mereka tidak menunjukkan tremor (kejang)."

GAMPANG MASUK
Penambangan emas memang banyak melibatkan bahan-bahan kimia. Untuk menjaga dampak buruk penambangan emas terhadap lingkungan, dilakukan proses detoksifikasi tailing saat proses pembuangan limbah ke laut. "Namun, meski telah diproses sedemikian rupa, tetap saja tailing tadi mengandung baham beracun seperti merkuri, arsen, sianida, dan antimon. Ini merupakan konsekuensi sebuah industri tambang emas."

Merkuri alias air raksa atau hydragyricum (Hg), merupakan satu-satunya logam yang pada suhu kamar berwujud cair, tidak berbau, berwarna keperakan, dan mengkilap. Merkuri akan menguap bila dipanaskan sampai suhu 357 derajat Celcius. "Merkuri dapat dijumpai di alam seperti di air dan di tanah, terutama dari deposit alam, limbah industri, dan aktivitas vulkanik. Dalam pertambangan emas misalnya, merkuri digunakan dalam proses ekstraksi dan pemurinian hasil tambang emas," lanjut lanjut dosen Fmipa UI ini.

Merkuri juga banyak digunakan dalam industri seperti termometer, tambal gigi, baterai, dan soda kaustik. "Merkuri dapat pula bersenyawa dengan khlor, belerang, dan oksigen senyawa untuk membentuk garam merkurium yang sering digunakan dalam industri krim pemutih kulit," ujar Budiawan.

Karena sifat ionnya yang mudah berinteraksi dengan air, maka merkuri dengan mudah memasuki tubuh melalui tiga cara, yaitu melalui kulit, inhalasi (pernafasan) maupun lewat makanan. Bila masuk melalui kulit akan menyebabkan reaksi alergi kulit berupa iritasi kulit. "Reaksi seperti ini tidak perlu menunggu lama. Cukup mandi beberapa kali di sungai atau di laut yang tercemar merkuri, kulit pun akan segera mengalami iritasi," ujar Budiawan.

Pekerja yang biasa menggunakan merkuri berisiko tinggi menghirup uap merkuri lewat hidungnya. Uap yang terhirup ini dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernafasan dan paru. "Saraf juga bisa rusak," jelas Budiawan.

SULIT DIURAI
Cara lain masuknya merkuri ke dalam tubuh manusia adalah melalui makanan atau minuman. "Jadi, pada gilirannya, manusia sendiri juga ikut menimbun merkuri dalam tubuhnya." Dampak akibat masuknya merkuri ke dalam tubuh biasanya muncul dalam waktu lama. "Bisa bulanan atau tahunan, tergantung kadar merkuri yang masuk. Merkuri akan menumpuk dan selanjutnya mengganggu fungsi ginjal atau sering disebut nefrotoksik," ujar Budiawan.

Cara kontaminasi lain adalah akibat adanya merkuri yang masuk ke dalam perairan melalui tailing. "Merkuri dengan mudah berikatan dengan unsur kimia khlor. Ikatan dengan ion klor akan membentuk merkuri anorganik (HgCl) yang mudah masuk ke dalam plankton dan dapat berpindah ke biota laut lain, seperti plankton, karang, ikan, dan sebagainya. Di sana, ia akan mengalami perubahan oleh mikroorganisme menjadi merkuri organik (metil merkuri) dalam sedimen."

Sifat metil merkuri dapat terakumulasi dalam tubuh ikan, sehingga ikan mengandung metil merkuri lebih banyak lagi. Efek yang terlihat seperti kasus "penyakit Minamata" tahun 1956. "Pertanyaannya, apakah warga Buyat telah mengonsumsi metil merkuri dalam periode yang cukup lama? Rasanya masih perlu dikaji untuk membuktikannya," ujar Budiawan.

Seperti disebutkan di atas, metil merkuri jauh lebih berbahaya ketimbang merkuri, karena di dalam tubuh manusia, senyawa tersebut akan mengikatkan diri dengan jaringan lemak dan mengalami biokonsentrasi sehingga sulit diuraikan oleh tubuh. Oleh sebab itu, memakan ikan yang tercemar metil merkuri dengan dosis di bawah ambang pun, jika dilakukan dalam jangka waktu lama, akan meningkatkan jumlah merkuri di dalam tubuh.

RUSAK GINJAL
Seperti halnya merkuri, arsen (As) termasuk logam berat dan bersifat racun. Bila bersenyawa dengan oksigen, arsen akan membentuk arsen trioksida yang sering digunakan dalam industri pestisida. Arsen trioksida dalam kadar tertentu, bila masuk ke dalam tubuh manusia, baik langsung maupun tidak langsung, akan menyebabkan gangguan pada sistem saraf dan menyebabkan iritasi kulit.

"Bila mengenai kulit, arsen akan menyebabkan kulit seperti terbakar, kemerahan, gatal, bahkan berisiko memicu kanker kulit," lanjut Budiawan. Sedangkan bila arsen menyerang saraf, akan menimbulkan gejala pusing, dan mual. "Sama seperti merkuri, arsen juga bisa merusak ginjal."

Berbeda dengan arsen dan merkuri, sianida bukanlah logam berat. Tapi keracunan akibat sianida juga tidak kurang menyeramkan. "Yang khas, sianida dapat menyebabkan gangguan hormon, berupa pembesaran kelenjar. Selain itu, bisa pula menyebabkan kanker, juga gangguan pada otak, jantung, serta gangguan bernafas yang menyebabkan kematian. Pada kontak kulit, dapat menyebab iritasi kulit dan gatal-gatal."

MUAL HINGGA TREMOR

Jika merkuri memasuki tubuh pada dosis tertentu, maka dalam waktu cepat dapat menimbulkan dampak yang bersifat akut, seperti kerusakan paru-paru, mual, muntah, diare, peningkatan tekanan darah, ruam pada kuku dan iritasi mata. Sedangkan pada tahap kronik, merkuri akan menyebabkan kerusakan permanen pada otak, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan daya ingat, kejang, dan tremor (gerakan tubuh yang tidak terkendali, Red.), hingga menyebabkan kematian seperti yang dialami warga Minamata, Jepang.

HINDARI SUMBER KONTAMINASI
Bagaimana cara meminimalkan dampak keracunan akibat logam berat? Yang jelas, "Menghindari diri dari sumber yang terkontaminasi. Misalnya, tidak lagi mengonsumsi ikan yang tercemar," tegas Budiawan. Untuk mengetahui apakah biota suatu perairan sudah tercemar dapat ditengarai dari semakin berkurangnya mahluk hidup di perairan tersebut.

Di sisi lain, perlu diupayakan agar industri yang dicurigai sebagai penyebar limbah menghentikan proses pembuangan limbahnya. "Dilakukan run off proses pembuangan limbah, setidaknya melakukan perbaikan pada pengolahan limbah melalui sistem terpadu."

Bagaimana menghilangkan efek merkuri atau logam berat lain? "Sebetulnya, dalam beberapa bulan, merkuri akan luruh sendiri dari dalam tubuh. Ini karena merkuri memiliki sifat half-time, artinya dampaknya akan berkurang separuh dalam waktu tertentu," ujar Budiawan. Selain itu, bisa juga dilakukan tindakan detoksifikasi untuk menguras racun merkuri yang ada dalam tubuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar