Apa itu Air Raksa atau Merkuri?
Air raksa atau merkuri adalah sebuah elemen yang berasal dari kerak
bumi. Manusia tidak bisa menciptakan atau memusnahkan merkuri ini.
Merkuri termasuk salah satu logam berat, dengan berat molekul yang
tinggi.
Merkuri adalah logam yang ada secara alami dan satu-satunya logam
yang berwujud cair pada suhu kamar. Logam murninya berwarna keperakan,
cairan tak berbau, dan mengkilap. Bila dipanaskan sampai suhu 357 oC,
air raksa akan menguap dan akan meleleh pada suhu -38,9 oC.
Bentuk-bentuk lain dari merkuri secara alami dapat ditemukan dalam
elemen-elemen yang dapat dijumpai di udara, air, dan tanah yang dapat
berbentuk elemen atau logam merkuri, senyawa-senyawa merkuri anorganik
dan merkuri organik.
Logam merkuri banyak digunakan dalam industri produksi gas khlor dan
soda kaustik, termometer, tambal gigi, baterai, lampu neon, dan lampu
mobil. Khusus untuk termometer, merkuri jauh lebih akurat daripada yang
menggunakan alkohol karena mudah sekali dipengaruhi oleh perubahan suhu
meskipun harus dilakukan pewarnaan terlebih dahulu.
Selain digunakan dalam industri pabrik, merkuri juga banyak digunakan
untuk kegiatan penambangan emas tradisional tidak berizin (PETI)—biasa
disebut “air kuik” oleh penambang tradisional—untuk mengekstrak logam
emas.
Bagaimana Senyawa Merkuri Berada di Lingkungan Sekitar Kita?
Di samping senyawa-senyawa merkuri dalam bentuk senyawa dasar yang
meluruh/lepas dari batuan alam yang terlepas dari batuan-batuan kerak
bumi, senyawa-senyawa merkuri lainnnya diproduksi oleh industri-industri
dalam jumlah kecil untuk kegunaan khusus seperti bahan-bahan kimia
maupun farmasi.
Sedangkan, jumlah besar dari senyawa-senyawa merkuri ini dihasilkan
dari hasil sampingan pada penambangan emas dan aktivitas pengolahan
limbah penambangan emas.
Pengelolaan buangan hasil samping penambangan emas dan pengendalian
limbah penambangan emas yang tidak benar dan tidak semestinya, baik
penambangan emas besar (berijin) maupun penambangan emas tradisional
tidak berijin (PETI), yang menyebabkan terdapatnya merkuri pada
lingkungan di sekitar kita dikarenakan pembuangan limbah cair (tailing)
pada lingkungan perairan di sekitar kita. Demikian juga dengan
senyawa-senyawa merkuri, juga dapat memasuki lingkungan udara melalui
pembakaran senyawa amalgam merkuri yang mengandung emas
(gebosan/emposan) di mana merkuri akan menguap ke udara dan logam emas
tertinggal sebagai residu. Uap merkuri tidak berwarna dan bisa terhirup
oleh pernafasan memasuki tubuh manusia maupun hewan.
Bahaya Merkuri
Air raksa atau merkuri sangat beracun. Dalam kadar rendah, logam
berat ini umumnya sudah beracun bagi tumbuhan dan hewan, termasuk
manusia. Merkuri dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf meskipun
hanya terpapar dalam tingkat yang relatif rendah. Hal ini terutama
berbahaya bagi ibu yang sedang hamil. Perkembangan anak-anak karena
senyawa merkuri dapat menyebabkan cacat fisik maupun mental pada
kelahiran janin.
Air raksa atau Merkuri terkumpul/terakumulasi dalam tubuh manusia dan
hewan melalui siklus (daur) rantai makanan, terutama dalam beberapa
jenis ikan dan kerang-kerangan karena lingkungan perairan mereka telah
tercemar dengan senyawa merkuri.
Senyawa air raksa atau merkuri yang terikat dengan satu senyawa
karbon, akan membentuk senyawa merkuri organik, contohnya metil merkuri.
Senyawa merkuri organik dianggap lebih berbahaya dan dapat larut dalam
lapisan lemak pada kulit yang menyelimuti inti saraf.
Metil merkuri merupakan merkuri organik yang selalu menjadi perhatian
serius dalam toksikologi (ilmu pengetahuan tentang racun). Hal ini
karena metil merkuri dapat diserap secara langsung melalui pencernaan
ikan, hewan, dan manusia dan akan berakumulasi di dalam tubuh ikan,
hewan dan manusia, mengikuti pola rantai makanan.
Senyawa merkuri dapat memasuki tubuh melalui pernapasan dengan kadar
penyerapan 80%. Uapnya dapat menembus membran paru-paru dan apabila
terserap ke tubuh, senyawa merkuri akan terikat dengan protein
sulfurhidril seperti sistein dan glutamine. Di dalam darah, 90% dari
metil merkuri diserap ke dalam sel darah merah. Metil merkuri juga
dijumpai dalam rambut.
Toksisitas atau tingkat racun merkuri pada manusia dibedakan menurut
bentuk senyawa Hg, yaitu anorganik dan organik. Keracunan anorganik Hg
sudah dikenal sejak abad ke-18 dan ke-19 dengan gejala tremor pada orang
dewasa.
Gejala tremor telah dikenal sejak abad ke-18 yang disebut “hatter’s
shakes” (topi bergoyang), karena pada saat itu banyak pekerja di pabrik
topi dan wol menderita gejala tersebut.
Gejala berlanjut dengan tremor pada otot muka, yang kemudian merambat
ke jari-jari dan tangan. Bila keracunan berlanjut, tremor terjadi pada
lidah, berbicara terbata-bata, berjalan terlihat kaku, dan hilang
keseimbangan.
Perubahan pada hilangnya daya ingatan dapat juga terjadi pada kasus keracunan Hg dan keracunan kronis akan menyebabkan kematian.
Selain keracunan Hg anorganik, bentuk Hg organik juga menimbulkan
keracunan yang sangat berbahaya. Kasus keracunan metil merkuri pada
orang, baik anak maupun orang dewasa, diberitakan besar-besaran pasca
Perang Dunia II di Jepang, yang disebut “Minamata Disease” atau Penyakit
Minamata.
Tragedi “Minamata Disease” ini ditemukan pada penduduk di sekitar
kawasan Minamata, Jepang, yang memakan ikan yang berasal dari laut di
sekitar Teluk Minamata yang mengandung merkuri yang berasal dari buangan
sisa industri plastik.
Gejala keanehan mental dan cacat saraf mulai tampak terutama pada
anak-anak. Namun baru sekitar 25 tahun kemudian sejak gejala penyakit
tersebut tampak (ditemukan), pemerintah Jepang menghentikan pembuangan
Hg.
Untuk menghilangkan sisa-sisa bahan pencemar dan melakukan
rehabilitasi penduduk yang terkena dampak menahun (kronis), negara ini
telah membayar sangat mahal, jauh melebihi keuntungan yang diperoleh
dari hasil pengoperasian perusahaan Chisso Corporation yang menjadi
penyebab terakumulasinya merkuri di Teluk Minamata.(HJK)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar